4 Hal Yang Membuat Orang Batak Menikah Di Usia Yang Sudah Senja.


Yang Saya tahu Orang Batak itu Menikah di Usia Rata-rata 28 Tahun ke Atas,Laki-laki,Perempuan sama saja,Pasti Menikah di Usia yang Saya sebutkan di Atas.
Kalau sakit memang di rasa sakit,Kalau aneh di bilang memang aneh dengan suku lainnya namun jika memang membawa seorang Batak ke arah yang Positif pasti akan di lakukan. Hehehe...

Berikut Penejelasannya 4 Hal Yang Membuat Orang Suku Batak Menikah Di Usia Yang Sudah Senja...

1. Orang Batak Mengutamakan Jenjang Karier Yang Lebih Mapan.


Yang Saya tahu juga Orang Batak itu Cenderung Tidak fokus ke Jodoh atau Ingin Menikah di Usia yang sudah seharusnya Menikah.Orang Batak itu Rata-rata lebih fokus ke Karier atau Pekerjaan terlebih dahulu,kalau Kerjaan sudah Mapan atau Cukup untuk Membangun sebuah Rumah Tangga,Baru Orang Batak memikirkan Pernikahaan.

2. Orang Batak Selalu Mengutamakan Menikah Dengan Suku Batak Lagi.



Kalau Orang dari Suku Batak Menikah dengan Orang yang Tidak dari Suku Batak,
Maka Orang yang Menikah dengan suku lain itu akan di Kucilkan atau di Jauhkan dari Keluarga bisa jadi Tidak di Anggap sebagai Salah satu Keluarga lagi,
Kalau ada Kegiatan yang di lakukan Keluarga,Dia tidak di Ikut Sertakan.
Hal ini sudah Banyak terjadi,Kenapa...? dan Mengapa...?
Saya Tidak Tahu,
Mungkin karena Pembawaan Diri atau Cara Berpikir Seseorang saja.

3. Peraturan Adat Yang Menentukan Mana Yang Jodoh Dan Yang Tidak Jodoh.


Adanya Adat Istiadat atau Peraturan Adat yang Menentukan mana yang Jodoh dan yang Tidak Jodoh,
Contohnya adalah :
Orang Batak itu Memiliki Marga,dimana dalam 1 Marga terdiri dari Banyak Marga Lain,
Misalnya Pomparan Raja Sonak Malela :
-Mangunsong
-Marpaung
-Pardede
-Napitupulu
Itu terdiri dari 1 Marga,
Dimana Setiap dari Mereka Tidak Boleh Menikah dalam 1 Marga yang sudah ada dari Leluhur atau Nenek Moyang Mereka,
Contohnya :
Laki-laki dari Mangunsong Tidak di Izinkan Menikah dari Perempuan Marpaung,karena Ikatan Darah yang sudah ada jauh sebelum Mereka. 

4. Khusus Untuk Cowo Batak... Mendebarkan.... Hehehe...
Tinggi nya Harga Sinamot.


Sekilas saya cerita mengenai sejarah/filosofi asal-muasal “SINAMOT” Pada dasar pengertiannya Boli=Tuhor jadi kalau di bahasa Indonesiakan, ya…HARGA. Tapi beda dgn artian harga sesuatu benda, yg harganya ditentukan, sehingga semua orang berhak atau dapat memilikinya selama dia dapat memenuhi harga tersebut.

Konon ceritanya dulu pola hidup orang Batak pada umumnya yang tinggal di kampung (Bona Pasogit), karena rutinitas, pekerjaan sehari-hari dan yang menjadi penghasilan untuk kelangsungan hidup adalah BERTANI (Marhauma)

Malangnya (maaf bukan merendahkan) hal tersebut yang paling dominan digeluti
Ibu-ibu/Perempuan sehingga persepsi orang Batak khususnya (dijaman itu), ya..bahwa perempuan urusan dalam Rumah Tangga (ya..lihat aja KTP Ibu-ibu yg tidak punya pekerjaan/professi,  kalau dulu IKUT SUAMI sekarang masih mendingan IBU RUMAH TANGGA). 

Ini secara otomatis menjadi budayakarena kultur. Nah..konon ceritanya katakanlah si-A (cewek) dapat jodoh/kawin dgn si-B (cowok), artinya si-A ikut si-B. Karena si-A sudah ikut si-B, sehingga jumlah pekerja di sawah berkurang karena kepergian si-A.

Disini pihak si-B wajib/harus memberikan sebagai pengganti ke pihak si-A terserah Cewek/Cowok.Istilahnya jolma ganti ni jolma(manusia/orang).
Mungkin karena proses tersebut kurang mengenai sasaran, dimana penggantinya tidak sesuai dgn kapasitas yg diganti, tak lama kemudian dirobah menjadi “GAJAH” (dianggap sebagai pengganti). 

Lama kelamaan makin langka diganti lagi dgn istilah “GAJAH TOBA”(Horbo). Ini mungkin berlangsung agaklama, kalau ngak salah dijaman Soekarno, sehingga disaat itu banyak pemuda Batak khususnya menjadi PANGLATU (Panglima Lajang Tua).
Di tahun 70-an jamannya berobah ke rezim Soeharto, dan banyak perubahan yang bisa diterima masyarakat luas waktu itu. Tidak ketinggalan proses budaya yg menyangkut adat-istiadat kita pun ikut arus dan adaptasi, sehingga disaat itulah terjadi pengurangan Panglatu, karena ada satu kelonggaran “NA MANGULA PE NA MASUK ADAT DO”.

Ada lagunya yg dinyanyikan duet Joel Simorangkir & Charles Simbolon, judulnya LUANHON DAMANG (Nikahi Sajalah). Jompok hata dohonon (singkatnya), kalau pernah ikut Marhata Sinamot, pihak Paranak biasanya meminta ke pihak Parboru, supaya jangan terlalu memberatkan seberapa Sinamot yang akan
disampaikan. 

Jadi sebelum bentuk Sinamot menjadi bilangan/angka dalam bentuk rupiah, pihak Parboru menyampaikan Antong molo na naeng pasahat somba ni uhum, somba ni adat, na gabe si palas roha nami na ma hamu songon Sinamot ni boru nami, goari hamu sian ni ; sadia godang ma horbo, piga lombu, piga hoda, piga rantiti mas jala sadia godang ringgit sitio soara.

(Dimana permbicaraan sudah mengarah ke Sinamot, jadi pihak Parboru bertanya/menyampaikan  kepihak Paranak ; berapa banyak Kerbau, Lembu, Kuda,Mas dan uang, dulu uang berbentuk logam dan ada yg satuannya ringgit yg bunyinya agak nyaring…?).
 
Sesuai dengan situasi dan kondisi pihak paranak menjawab, dimana bentuk-bentuk permintaan tadi sudah agak sulit mengumpulkan sehingga tidak terpenuhi, pihak Paranak meminta supaya dibulatkan dalam bentuk ringgit sitio soara (rupiah). Dengan proses yg tadi (mohon kalau kurang pas) itulah yang kita alami
sekarang yg disebut ”SINAMOT”. 

''Menikah adalah Tujuan yang Harus di Tempuh,Siapapun Jodoh Kita biar Tuhan yang Menentukan'


LANGSUNG SHARE KE MEDSOS...