Bangsa
Israel kuno terdiri dari 12 suku. Setelah raja Salomo wafat, negara
Israel pecah menjadi dua bagian. Bagian Selatan terdiri dari dua suku
yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau
dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah,
ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea.
Bagian utara terdiri dari 10 suku,
disebut sebagai Kerajaan Israel. Dalam perjalanan sejarah, 10 suku
tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka. Kerajaan utara Israel
tidak lama bertahan sebagai sebuah negara dan hilang dari sejarah. Konon
ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel
yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak.
Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan.
Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap
exist hingga kedatangan bangsa Romawi. Setelah pemusnahan Yerusalem pada
tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus,
orang-orang Yehudah pun banyak yang meninggalkan negerinya dan menetap
di negara lain, terserak diseluruh dunia.
Jauh sebelum itu, ketika masa
pembuangan ke Babilon berakhir dan orang-orang Yehudah atau disebut
Yahudi diijinkan kembali ke negerinya, dan sepuluh suku Israel dari
Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi meneruskan petualangan kearah
Timur. Demikian juga dengan mereka yang diperbudak di selatan laut
Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka
pergi melanjutkan hidup.
Dengan demikian banyak diantara
bangsa Israel kuno kemudian kehilangan identitas mereka sebagai orang
Israel. Ada sekelompok penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima
sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil wajah mereka agak berbeda
dengan penduduk Cina pada umumnya. Perawakan mereka lebih besar, hidung
agak mancung, namun berkulit kuning dan bermata sipit. Mereka menyembah
Allah yang bernama Yahwe. Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh
suku Israel yang hilang yang telah kimpoi campur dengan
penduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi seperti penduduk asli.
Saya percaya banyak diantara para
pembaca yang mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil
orang Israel yang berkulit hitam Mereka adalah suku Falasha, yang
sebelum berimigrasi ke Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi.
Fisik mereka persis seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu
kulit hitam legam, bibir tebal, rambut keriting, dll.
Mereka mengklaim diri mereka sebagai
keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang
dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh
Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai
Israel perantauan.
Setelah memperoleh pengakuan sebagai
keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian
sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh
Pemerintah Israel. Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.
Mereka seperti orang Negro karena
intermarriage dengan perempuan- perempuan lokal sejak kakek moyang
mereka pergi ke Ethiopia. Kita tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah
satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen yang paling tua didunia.
Ingat sida-sida yang
dibaptis oleh Filipus dalam Kisah
8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada penganut Yudaisme
disana.Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi tetap memilih
menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan memelihara Tabut
Perjanjian yang
konon ada disana.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia
Batak mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang
membatak berarti berpetualang, pergi mengembara. Walaupun demikian orang
Batak dikenali dengan sikap dan tindakannya yang khas, yaitu terbuka,
keras dan apa-adanya.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang
anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben, dan
diperkuat oleh prof Ihromi, guru besar di UI (Universitas In 782
donesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan
tradisi bangsa Israel kuno.
Pendapat itu didasarkan atas alasan
yang kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan
catatan-catatan tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada
sebahagian besar kitab Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan
sejarah budaya lainnya diluar
Alkitab.
Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:
1). Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga)
Semua orang Tapanuli, terutama
laki-laki, dituntut harus mengetahui garis silsilahnya. Demikian
pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak mengetahui garis
keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap na lilu – tidak
tahu asal-usul – yang merupakan cacat kepribadian yang besar.
Bangsa Israel kuno juga memandang
silsilah sebagai sesuatu yang sangat penting. Alkitab, sejak Perjanjian
Lama hingga Perjanjian Baru sangat banyak memuat silsilah, terutama
silsilah dari mereka yang menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus
Kristus yang
ditelusuri dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya (Maria).
TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.
2). Perkimpoian yang ber-pariban
Ada perkimpoian antar sepupu yang
diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi tidak sembarang hubungan sepupu.
Hubungan sepupu yang diijinkan untuk suami-istri hanya satu bentuk,
disebut marpariban. Cukup report menerangkan hal ini dalam bahasa
Indonesia karena bahasa ini tidak cukup kaya mengakomodasi sebutan
hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak. Yang menjadi pariban bagi
laki-laki ialah boru ni tulang atau anak perempuan dari saudara
laki-laki ibu. Sedangkan yang menjadi pariban bagi seorang gadis ialah
anak ni namboru atau
anak laki-laki dari saudara perempuan bapa.
Mari kita bandingkan dengan Alkitab.
Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya, anak perempuan
Laban yaitu Lea dan Rahel. Laban adalah tulang dari Yakub. (Saudara
laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini sepanjang yang
diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang sekarang memegang
tradisi hubungan
perkimpoian seperti itu.
3). Pola alam semesta
Orang Batak membagi tiga besar pola
alam semesta, yaitu banua ginjang (alam sorgawi), banua tonga (alam
dimensi kita), dan banua toru (alam maut). Bangsa Israel kuno juga
membagi alam dengan pola yang sama.
4). Kredibilitas
Sebelum terkontaminasi dengan
racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang Batak, terutama orang
tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa atau gajut), ataupun
sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada pada dirinya sebagai
surat jaminan hutang
pada pihak yang mempiutangkan,
ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji. Walaupun nilai
ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah
manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari
dengan merelealisasikan
pembayaran hutang ataupun janjinya. Budaya Israel kuno juga demikian.
5). Hierarki dalam pertalian semarga
Dalam budaya Batak, jika seorang
perempuan menjadi janda, maka laki- laki yang paling pantas untuk
menikahinya ialah dari garis keturunan terdekat dari mendiang suaminya.
Ini dimaksudkan agar keturunan perempuan tsb dari suami yang pertama
tetap linear dengan garis keturunan dari suami yang kedua. Misalnya,
seorang janda dari Simanjuntak sepatutnya menikah lagi adik laki -laki
mendiang
Dalam tradisi Israel kuno, kita dapat
membaca kisah janda Rut dan Boas. Boas masih satu marga dengan mendiang
suami Rut, Kilyon. Boas ingin menikahi Rut, tapi ditinjau dari
kedekatannya menurut garis silsilah, Boas bukan pihak yang paling
berhak. Oleh sebab itu dia mengumpulkan semua kerabat yang paling dekat
dari mendiang suami Rut, dan mengutarakan maksudnya. Dia akan
mengurungkan niatnya jika ada salah satu diantara mereka yang mau
menggunakan hak adat-nya, mulai dari pihak yang paling dekat hubungan
keluarganya hingga yang paling jauh sebelum tiba pada urutan Boas
sendiri. Ya, mardakka do salohot, marnata do na sumolhot.
6). Vulgarisme
Setiap orang dapat marah. Tetapi caci
maki dalam kemarahan berbeda- beda pada tiap-tiap etnik. Orang Amerika
terkenal dengan serapah: son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak
patut disebut disini. Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan
makian dengan
serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar, dll.
Pada suku Batak makian seperti itu
juga ada, tetapi ada satu yang spesifik. Dalam sumpah serapahnya seorang
Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa
saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau
mematahkan ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n
sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so
hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!”. Terjemahannya kira-kira
begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak
kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!”.
Robeknya daun atau patahnya ranting
dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya. Orang-orang Israel kuno
juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan
didalamnya. Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab
Perjanjian Lama, diantaranya
serapah Daud pada Nabal. (1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).
7). Nuh dan bukit Ararat
Ada beberapa etnik didunia ini yang
mempunyai kisah banjir besar yang mirip dengan air bah dijaman Nuh. Tiap
etnik berbeda alur ceritanya tetapi polanya serupa. Etnik Tapanuli juga
punya kisah tentang air bah, tentu saja formatnya berbeda dengan kisah
Alkitab.
Apabila orang-orang yang sudah uzur
ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan menceritakan mitos
turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang Batak diyakini
mapultak sian bulu di puncak bukit Pusuk Buhit.
Pusuk Buhit adalah sebuah gunung
tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara, dipinggiran danau Toba. Pusuk
Buhit sendiri artinya adalah puncak gunung. Pusuk Buhit tidak ditumbuhi
pohon, jelasnya tidak ada bambu disana. Yang ada hanya tumbuhan perdu,
ilalang, dan rumput gunung. Bambu – dari mana kakek moyang keluar –
menurut nalar mendarat di puncak gunung itu dan mereka keluar dari
dalamnya setelah bambunya meledak hancur. Mengapa ada bambu pada puncak
Pusuk Buhit yang tandus dan terjal? Tentu saja karena genangan air yang
mengapungkannya, yang tak lain adalah banjir besar.
Dapat dipahami mengapa jalan cerita
menjadi seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk
bangsanya, narasi jadi berbeda. Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk
perahu bambu berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit
Ararat berubah menjadi
Pusuk Buhit.
8). Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang)
Bagi orang Tapanuli, penggalian
tulang belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis
silsilah dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum
hingga sekarang. Sering alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka
walaupun biayanya sangat
mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar.
Pada bangsa Israel kuno hal semacam
adalah kebiasaan umum. Sejarah sekuler menuturkan bahwa tulang belulang
Yusuf dibawa dari Mesir ketika bangsa ini keluar dari sana. Juga dalam
kitab lain dalam Perjanjian Lama, sekelompok masyarakat berniat
memindahkan tulang belulang dari satu pekuburan (walaupun kemudian
dihalangi oleh seorang nabi).
9). Peratap/Ratapan
Adalah wajar bagi jika satu keluarga
menangis disekeliling anggota keluarga / kerabat yang meninggal dan
terbujur kaku. Mereka menangisi si mati, dan seseorang meratapinya.
Meratap berbeda dengan menangis. Meratap dalam bahasa Tapanuli disebut
mangandung.
Mangandung ialah menangis sambil melantunkan bait-bait syair kematian dan syair kesedihan hati.
Di desa-desa, terutama di daerah
leluhur – Tapanuli – tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak
ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal
oleh masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat.
Masyarakat mendukung hal
seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama tangisan sangat
menyentuh kalbu. Tak jarang pihak keluarga dari si mati memberi
pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar, sekedar
menunjukkan rasa terima kasih.
Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari
sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal,
sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung. Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata
ratapan, meratap, peratap.
Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja
Salomo, dalam praktek Israel kuno adalah syair-syair yang dilantunkan
sambil mangandung, kendati bukan pada acara kematian.
10). Hierarki pada tubuh
Dalam budaya Batak, kepala adalah
anggota tubuh yang paling tinggi martabatnya. Menyentuh kepala seseorang
dengan tidak disertai permintaan maaf yang sungguh-sungguh, bisa
berakibat parah. Sebaliknya anggota tubuh yang paling rendah derajatnya
ialah telapak kaki. Adalah
penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru
ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini”, sambil
mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru. Penghinaan
seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah memuncak dan sudah siap berkelahi.
Pada zaman dulu, dalam setiap
pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk
bersila. Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi
semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan
telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.
11). Anak sulung
Dalam hierarki keluarga, posisi
tertinggi diantara seluruh keturunan bapak/ibu ialah anak sulung. Ia
selalu dikedepankan dalam memecahkan berbagai masalah, juga sebagai
panutan bagi semua adik-adiknya. Jika ayah (sudah) meninggal, maka anak
sulung yang sudah dewasa akan mengganti posisi sang ayah dalam hal
tanggung jawab terhadap seluruh
anggota keluarga seperti yang
diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu martindi-tindi, alai sada do sitaon
na dokdok. Sitaon na dokdok itu adalah si anak sulung. Tanggung jawab
itulah yang membuat dia besar, memberi karisma dan wibawa. Karisma dan
wibawa, itulah profil yang melekat pada anak sulung.
12). Gender
Hingga sekarang posisi perempuan
dalam hubungan dengan pencatatan silsilah selamanya tidak disertakan
karena perempuan dianggap milik orang lain, menjadi paniaran ni marga
yang berbeda. Hal yang sama terjadi pada bangsa Israel kuno ; bangsa ini
tidak memasukkan anak perempuan dalam silsilah keluarga.
13). Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari
Di dalam tradisi Parmalim – Agama
Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi yang lahir selama tujuh hari harus
di bawa ke Pancur untuk Permandian dan sekaligus pemberian nama.
Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu diserahkan ke Imam Parmalim.
Setelah itu diberi nama dengan diadakannya Pesta Martutu Aek.
14). Monoteisme Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim
Hamalimon – Parmalim – Ugamo Malim,
Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim, kaum minoritas yang tegar
mempertahankan nilai leluhur batak. Kata Malim berasal dari bahasa Arab
yang terdapat di kitab- kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari
asal kata Muallim.
Dalam bahasa Arab Muallim merujuk
kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru. Parmalim
diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh
berpakaian sorban putih. Parmalim merupakan agama monotheis asli Bangso
Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun Batak.
TUHAN menurut Hamalimon –Parmalim – Ugamo (Agama) Malim Ugamo
malim menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar,
red). Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula
dan tidak berujung. Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau
ada. Tetapi tidak dapat dilihat.
Dia tidak bermula dan tidak mempunyai
ujung. Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan
tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia
adalah kuasa yang menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa
murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu
bersadarkan Ugamo Malim.
Dalam Injil Perjanjian Lama,
menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan
rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke
Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli. Perkiraan itu punya
jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme. Misalnya Ugamo
Parmalim yang menjadi agama
asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim, pen).
Selain itu, sekelompok penyebar
ajaran Kristen Nestorian dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan
kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600an
Masehi dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.
16). Ibadah Parmalim
Dalam melaksanakan ibadah, Parmalim
melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui
kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang
diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua
aturan Ugamo Malim.
17). Ibadah setiap Hari Sabtu – Samisara -Marari Sabtu
Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri,
terdapat beberapa aturan dan larangan. Selain mengikuti 5 butir Patik ni
Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban
lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap
Sabtu. Dalam
menjelang hari Sabtu, pengikut
Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun. Penganut
Parmalim melakukan ucapan syukur pada setiap hari Sabtu.
18). Larangan makan Babi, Anjing, Binatang liar, dan Darah
Ada pun larangan yang hingga kini
masih tetap dipertahankan di antaranya adalah larangan untuk memakan
daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen.
Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan
Debata. Padahal dalam ajaran Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin
menghaturkan pujian kepada
Debata, manusia terlebih dahulu harus
suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut
agar Debata dan manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja
Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara
roh.
19). Ritual
Inilah yang kemudian menjadi acuan
pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin
setiap Sabtu dan setiap tahunnya. Ritual-ritual besar Parmalim itu
seperti Parningotan Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon
(Sipaha Lima),
yang diadakan pertama pada bulan
Maret dan yang kedua bulan Juli. Yang kedua diadakan secara
besar-besaran pada acara ini para Parmalim menyembelih kurban kerbau
atau lembu. “Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah
memberikan kehidupan,” kata
Marnangkok.
20.) Kisah – Mitos
Dalam Kitab Parmalim, yakni Tumbaga
Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam dan Hawa termasuk taman
eden dimana hawa digoda si ular. Hal itu dalam istilah bahasa Batak
Toba. Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran usianya sudah ribuan
tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak.
Demikian pula dengan simbol dan
pakaian kebesaran kerajaan Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso
Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya,
tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika
dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan
rempah- rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah
tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari
Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim –
Hamlimon – Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.
Sekian dan Terima Kasih...
Sekian dan Terima Kasih...